ASRAMA
Jenis Cerita : Cerbung
Dana dan Dian, dua anak kembar yang bersekolah di sekolah yang sama. Sekolah mereka punya asrama yang mengharuskan mereka tinggal di asrama itu. Dana tentunya di asrama putra dan Dian di asrama putri. Mereka punya sifat yang berbeda, Dian lebih tomboy sementara kembaran laki-lakinya lebih kalem.
Hal yang membat Dian tidak terlalu suka tinggal di asrama, bertemu dengan geng para perempuan menyebalkan. Untung saja dia dan mereka tidak satu kamar. Teman Dian, Lusi namanya anak yang dikenal karena sikap cupunya selalu bersama Dian. Sering Dian dan geng itu berkonflik, dan geng itu yang berulah duluan.
Suasana pulang sekolah tentunya membuat asrama menjadi makin ramai, para siswi berbondong-bondong masuk ke kamar asrama merek masing-masing. Dian dan Lusi yang selalu berbarengan harus melewati kamar asrama geng itu. Benar-benar hal yang membuat malas tentunya, harus bertemu orang-orang tidak penting seperti mereka.
“Sang kacamata dan temannya si jagoan yang lewat. Males lihat mukanya,” Ucap salah satu anak itu
“Apalagi kita berdua yang benar-benar males ketemu orang gak penting.” Langkah Dian berhenti dan mengucapkan hal itu
“Udah biarin aja, mereka gak penting. Ayo ke ruangan kita aja, buang waktu ketemu mereka.” Lusi melanjutkan, sekarang dia jadi lebih berani. Mungkin karena dia terlalu sering diremehkan dan disepelekan.
“Wow, si cupu berani banget ya sekarang. Sendiri berani gak ya?”
“Justru kalian yang gak berani kayaknya, enam orang yang gak berguna.” Tambah Dian yang tentunya membuat geng itu makin emosi. Lalu Dian dan Lusi lanjut menju kamar mereka, sampai disana sudah ada Arin, Nada, dan Seva.
“Pasti kalian berdua digangguin mereka lagi kan?” Tanya Seva
“Mereka benar-benar gak jelas, gak cape apa ya gangguin orang terus. Mana muka mereka gitu, matanya ngelirik mulu lagi. Sok berkuasa banget.” Nada ikut emosi
“Apalagi si Yesa sama Luna, merasa paling baik. Sifat mereka sama, makanya cocok.”
“Udah Arin, Seva, Nada gak usah ngomongin mereka. Habis ini kita mau makan siang, makanya pada cepet siap-siapa.”
“Lusi bener tuh, makanan lebih penting daripada mikirin mereka.”
Keesokan Harinya...
Libur sekolah tiba, banyak yang tidak pulang dari asrama karena liburan cuma satu hari. Mereka diberi tugas untuk membersihkan sekitar lingkungan asrama. Sebelumnya mereka dikumpulkan dulu di lapangan sekolah yang dekat dengan asrama. Di situlah kesempatan Dian bertemu Dani untuk membicarakan suatu hal.
“Gimana misi kita Dian?”
“Kayaknya dibicarain nanti aja, terlalu ramai kalau sekarang. Yang ada banyak yang tahu,”
Setelah semuanya bubar, Dani mengajak Dian dan Lusi ke halaman belakang asrama laki-laki.
“Gimana? Soal kejadian yang seminggu lalu. Kita belum dapat bukti apa-apa, dan susah buat mereka mengakui.”
“Salah satu teman temanku, kenal sama dia. Dan katanya pernah jadi teman dekat, kita harus punya cara.” Jawab Dani
“Pembunuhan dan sebelumnya di laporkan hilang, tapi si korban gak pernah kelihatan ada masalah apapun atau musuh.” Lusi masih heran, lalu dia melanjutkan, “Apa aku harus pura-pura cupu lagi?”
“Jangan kayaknya, yang penting kita udah tahu beberapa orang yang diduga.” Dian memberikan saran, dia menambahkan lagi,”Tapi kalau pura-pura perlu kenapa enggak?”
Kejadian yang baru saja terjadi di asrama sekolah itu, hilangnya seorang siswi dan ditemukan dengan keadaan tidak bernyawa tak jauh dari halaman belakang itu juga. Tapi bukti-bukti belum ditemukan, pelakunya pandai menyembunyikan bukti itu.
Tapi pihak sekolah justru memberi kabar kalau dia bunuh diri. Padahal masih ada hal yang ganjil, para saksi juga berubah-ubah. Apa mungkin siswi itu tahu suatu hal tentang sekolah itu, ataupun asrama itu.
Bersambung......
Komentar
Posting Komentar