PERBINCANGAN KITA

Langit sangat mendung, kelihatannya akan hujan. Aku sedang berkumpul dengan teman-teman akrabku, mereka berkunjung dari pagi hingga sore hari. Aku, Caca, Hira, dan Aya berbincang di teras rumah. Mengobrol apa saja, dari makanan, film, hingga cita-cita kita. Kebetulan hari ini hari terakhir di 2021, tahun akan berganti ke 2022.

“Tahun ini banyak hal yang membuat aku pengen cepet pergi dari tahun ini,” Ungkap Caca

“Kenapa? Bukannya kamu selalu kelihatan senyum.” 

“Tahun ini banyak pura-pura, banyak berkumpul dengan orang yang tidak penting. Hanya membuang waktu.” Jawabnya dari pertanyaan yang dilontarkan Aya

“Bukan kita?”

“Bukan dong tentunya, kalian beberapa orang terpilih yang masih layak dijadikan teman. Bahkan kita masih dekat sampai sekarang. Yang aku sesali ya itu, banyak kumpul sama orang-orang gak penting, usahaku, kebaikanku ujung-ujungnya gak dianggap sama sekali. Gak bisa menghargai memang, mau membela pun percuma, dia pintar bicara dan ngarang.” Jawab Caca

“Iya emang begitu, tahun ini juga banyak ketemu orang-orang yang palsu. Yang Cuma manfaatin aja,” Hira merasakan hal yang sama

I think, i feel that.” Jawabku pada mereka

Tahun ini berbeda, hampa, kecewa, jadi satu. Memang kadang bahagia tapi Cuma sementara, support system utama keluarga apalagi orang tua. Orang lain seperti hanya menambah luka dan beban. Mereka-mereka banyak yang tidak bisa di ajak bicara, mereka yang tidak mengerti soal mental hanya membuat semakin kesal. 

“Kayaknya aku terlalu banyak gabung dengan orang yang toxic, sok ngatur, dan merasa paling benar.” Aya mengutarakan perasaannya lagi

“Ada orang yang membuat keluarga jadi berantakan, bertengkar, males lihatnya.

“Iya Hira, kayaknya kita berempat ngerasain hal yang sama deh. Kecewa dan kita ingin tempat yang baru.

“Istilahnya kota ini terlalu menyisakan lara, tapi tetap bersyukur kuncinya. Yang penting kita selalu ingat Allah, selalu ingat ibadah.”

Ekspresi wajah teman-temanku, bercerita dengan senyuman tipis. Aku tahu dalam diri mereka ada rasa sedikit kecewa. Tapi aku yakin mereka selalu berusaha untuk bersyukur. Banyak pelajaran yang bisa di dapat dari tahun ini, supaya tahun depannya tidak terulang lagi.

“Banyak belajar dari 365 hari yang memberi beragam warna kehidupan.”

“Mulai dari jangan terlalu percaya dengan orang lain, keluarga yang utama, kebahagiaan kita yang kadang kita lupakan, hingga akhirnya justru kita yang sakit.”

“Makanya kadang egois gakpapa, daripada terlalu menyenangkan orang lain. Tapi dia gak tau diri, gak tau terima kasih.”

“Dan yang penting kita bisa menghindari orang yang toxic, yang playing victim, dan merasa paling benar sendiri. Dia bisanya Cuma menyalahkan orang lain, tanpa melihat dirinya sendiri seperti apa.” Aya menambahkan

Aku merasa hari ini kita benar-benar mengutarakan isi hati selama ini. Kita berempat sering bertemu, sering bercanda, sering juga curhat. Mungkin juga karena hari ini hari terakhir di 2021, kita bisa sedikit meresapi yang kita alami selama ini. 

Mereka teman-teman baikku, semoga selalu dijaga kebaikannya. Keberadaan mereka membuatku merasa beruntung mengenal sosok-sosok pengertian, 

“Semoga di tahun selanjutnya kita bisa diberi takdir-takdir baik sama Allah. Dijauhkan dari orang yang jahat dan dzholim, diberi kelimpahan rezeki juga kesehatan...Aamiin” Do’aku yang diiringi kata “Aamiin.” Oleh mereka

“Semoga kita bisa mencapai cita-cita kita ya, bisa membahagiakan kedua orang tua kita.”

“Ayo kita kecewakan para pembenci kita, buktikan ke mereka kalau kita akan berhasil.” Celoteh Caca

“Jangan lupain orang-orang yang pernah baik, jangan lupa ibadah dan sedekahnya.” Hira menambahkan

“Aamiin..semoga kebaikan selalu dijaga oleh Allah SWT.”

“Bentar lagi jam empat sore nih, kalian masih mau disini atau pulang?” Tanyaku pada mereka, karena kelihatannya mereka betah disini

“Hmmm...pulang kayaknya, udah ditunggu Ibu.” Jawab Hira

Setelah menjawab justru hujan baru turun, sepertinya mereka memang supaya agak lama di rumahku. Tiba-tiba Ibuku datang memanggilku dan teman-temanku,
“Nara, sama teman-teman Nara ayo masuk. Udah Ibu buatin teh, sama ada camilan sedikit. Lagian masih hujan.”

“Iya Bu, terima kasih.” Serentak mereka bertiga

Aku dan teman-temanku masuk ke dalam rumah, berbincang lagi tentang hal yang menyenangkan. Sambil minum segelas teh hangat dan makan camilan biskuit dalam keadaaan hujan seperti ini.

SELESAI


Komentar

Postingan Populer