Dari SMP Ke MAN?
Soal pendidikan, udah ada rencana. Habis dari sekolah ini pengen ke sekolah itu...dan sebagainya.
Termasuk pilihanku ketika aku dari SMP lanjut ke MAN (Madrasah Aliyah Negeri) bukan ke SMA. Biasanya orang-orang nyebutnya anak sekolah umum ke sekolah agama. Maksud mereka ke sekolah yang berbasis agama gitulah. Pelajaran Agama Islamnya lebih banyak dan dibagi-bagi. Kalau di sekolah umum mungkin ketemu sama PAI aja (Pendidikan Agama Islam). Tapi kalau yang berbasis agama, ada Ushul Fiqih, Fiqih, SKI, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Qur'an Hadits. Dan tambahan mapel-mapel umum lainnya.
Dari pilihanku itu ada orang-orang yang kayak mendukung aja, ada yang meragukan juga. "Dari SMP kok ke MAN?" "MAN pelajarannya tuh banyak!" Dan segala macam kata-kata.
Tapi aku gak terlalu merespon kebingungan mereka sih. Udah pilihanku sendiri, dan buktinya bisa bertahan sampe lulus juga dapat nilai yang lumayan.
Saat SMP aku pernah punya pilihan sebenarnya untuk lanjut ke SMA. Terus kemudian saat mulai kelas 9, kan banyak ya try out yang diadain di sekolah-sekolah tingkat atas. Kebetulan aku masuk 100 besar try out di MAN deket rumah aku. Dan yang masuk 100 besar bisa langsung daftar tanpa tes (ketika tanggal pendaftaran dibuka). Ngelihat itu aku jadi mikir, udah masuk 100 besar, terus aku bisa daftar tanpa ribet. Jadi kenapa enggak? Sekalian ganti suasana, karena kalau ke SMA ngelihat orang-orangnya ya itu-itu aja. Paling seangkatan pas SMP juga. Dan bener aja, aku masuk di kelas MIPA-1, dimana aku gak kenal siapa-siapa di situ. Tapi oke-oke aja....
Orang tua tidak pernah memaksa aku untuk ke sekolah ini atau ke sekolah itu. Termasuk soal peringkat juga, gak pernah dituntut. Tapi mungkin aku terlalu kutu buku kadang-kadang... kadang-kadang nih ya, karena juga bisa males...
Dan soal mapel-mapel yang lebih banyak dari sekolah umum, ya engga apa-apa. Nambah ilmu kan? Bisa sering nulis pake huruf Arab, tahu tentang hukum-hukum Islam. Sejarah Islam juga lebih banyak di bahas.
Dan soal anak-anak murid di sana...memang tidak bisa dipastikan, seseorang yang sekolah di tempat yang berbasis agama itu agamais banget. Ada juga kok yang nakal, ada juga kok yang masih belum terlalu taat sama agama. Karena itu nanti balik lagi ke diri anak itu sendiri. Sejauh mana bisa faham, dan sejauh mana bisa menahan hawa nafsu sendiri.
Alhamdulillahnya aku deketnya sama teman-teman yang gak neko-neko saat itu. Meski aku pernah ketemu sama orang yang kurang memperlakukan aku dengan baik. Tapi dengan kehadiran "teman-teman yang gak neko-neko itu" aku sangat bersyukur. Teman yang sederhana, bisa menerima aku apa adanya dan akupun menerima mereka apa adanya dengan keunikan mereka sendiri. Dan sebenarnya baru itu ngerasa punya teman. Vibesnya tuh kayak, ada seseorang yang menerima kekurangan kita, padahal dia bisa milih untuk mungkin gak berteman sama aku. Ya tampilanku yang sederhana aja, gak outfit-outfit an kayak yang lain, pendiam, hemat bicara, moody-an. Di antara banyaknya orang yang berteman melihat dari segi kekayaan, outfit, follower Instagram mungkin, kecantikan wajah, seberapa terkenalnya orang itu, dan lain sebagainya.
Dan balik lagi ke matkul, sebagai anak IPA ada tambahan Matematika Wajib, Matematika Minat, Fisika, Biologi, Kimia. Fisika kadang masih mudeng, apalagi kalau ketemu jawaban yang benar pasti tambah senang. Tapi kalau Kimia, aku masih suka loading-nya lamaaaa bangett...kadang sampe pusing sendiri.
Matkul lainnya, Penjaskes, Seni Budaya, Kewirausahaan, Sejarah Indonesia, PKN, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia. Gak ada mapel bahasa jawa waktu itu, jadi terakhir aku belajar bahasa Jawa ya pas SMP. Jadi kadang rindu sama Aksara Jawa.
Dan selain matkul, yang aku suka adalah jajanan di kantin, ada juga jajan cimol, siomay, pentol, nasi geprek dan lain-lain. Letaknya masih di dekat lingkungan sekolah.
Jam istirahat antara buat jajan, ngobrol, atau ngerjain tugas. Kalau istirahatnya jam 12-an biasanya sholat dzuhur dulu. Tapi aku bawa bekal, jadi tidak perlu antri beli kadang. Uang saku bisa ditabung juga.
Ngomongin soal ujian, ujian praktik aja ya. Waktu itu suruh menghafal surat, sholat jenazah, dan ada lagi tapi aku lupa...yang mengenai agama. Dan ketika Bahasa Arab, jujur aku sering ngawur jawab ujian tulisnya.
Yang jelas, masa itu sudah terlewati. Dan ada masa corona juga.
Sekian....
"miss the things that have been passed, hopefully the good ones stay good, or get better."
Komentar
Posting Komentar