Random Geng
Oleh: Ega Ardiana
Darrr… suara petir menyambar
Dua wanita muda terkejut mendengarnya, apalagi mereka sedang di teras. Awalnya ingin menikmati hujan, malah diberi kejutan. Namun, setelah kaget mereka saling memandang lalu tersenyum saja. Memang cuaca minggu-minggu ini sedang buruk.
“Minum tehnya, Rei.” Ais mengalihkan senyuman pada teh yang manis panas,
“Iya Ais, untung saja aku sudah sampai ke rumahmu ya. Kalau tidak, mungkin aku akan kehujanan di tengah jalan.”
“Lagipula kamu kan selalu tepat waktu. Jika kamu bilang sampai jam sebelas, sebelum jam sebelas penampakanmu dan motormu sudah ada di depan rumahku.”
“Itu bukan tepat waktu lagi, tapi terlalu awal.”
Mereka kembali melanjutkan perbincangan lagi. Topik yang random dan kadang di luar nalar. Mungkin karena itu mereka cocok menjadi teman. Pertemuan mereka juga karena kejadian yang tak terduga. Sudah seperti skenario sinetron.
Kemudian, muncul notifikasi dari handphone Ais. Dia membukanya dan mengernyitkan alis ketika membaca pesan itu.
“Kenapa? Kabar buruk?” Tanya Rei
“Bukan, hanya pesan dari orang yang suka marah-marah.”
Mendengar ucapan Ais, Rei sedikit mengintip handphone yang dipegang Ais, lalu dia berkata, “Oh dia!? Entah kenapa dia berubah sejak bergabung dengan orang-orang penting seperti mereka.”
“Mungkin terlalu banyak tugas.”
“Tugas yang membuat dirinya jadi jumawa dan memandang rendah yang lainnya. Atau mungkin karena baru pertama kali dia bergabung dengan orang-orang penting. Kan awalnya dia perempuan lugu nan polos, serta sedikit naif. ”
“Sudahlah, mungkin dia pusing.”
Rei menyodorkan jari jempolnya ke depan wajah Ais. Lalu mengalihkan pembicaraan ke hal lainnya. Kali ini mereka berbicara tentang rasi bintang.
“Apa malam nanti muncul bintang?” Tanya Ais
“Siapa tahu kan, tidak ada yang tidak mungkin. Kalau aku berhasil menemukan rasi bintang kalajengking itu akan menjadi sejarah hidupku.”
“Semoga saja, kalua begitu aku akan mencari rasi bintang orion.” Ais terdiam sejenak, “Wah, benar, rasi bintang bisa jadi ide design terbaruku.”
Rei tertawa, dia rasa obrolan random mereka bisa menjadi ide yang tidak terduga pula. Setelah rasi bintang, mereka bebricara tentang laut. Indahnya laut di mata Rei dan rasa trauma yang muncul bagi Ais. Namun di satu titik temu, biru adalah warna kesukaan mereka.
Rei si laut dan Ais si langit, tempat yang berbeda, namun bisa memiliki warna yang sama. Masing-masingnya juga bebricara lebih mendalam tentang laut dan langit. Hingga akhirnya, mereka merasa lapar di tengah suasana hujan yang belum terang.
“Aku mau makan roti goreng ini dengan sambal.” Celetuk Rei,
“Terserah kamu Rei, yang penting kamu kenyang, dan tidak kapok berbicang denganku.”
“Ya daripada aku harus marah-marah seperti orang tadi.”
“Sudahlah, jangan membicarakan itu. Kita beda dengan dia, tidak perlu memaksa menjadi sama.”
Rei memberikan dua jempol dari dua tangannnya. Obrolan random yang belum berakhir setelah makan. Karena mereka akan mengobrol tentang suatu hal yang lebih penting dari sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar